Laman

search

Jumat, 18 Maret 2011

Huruf yang Paling Dibenci di Kotanya D

Bertanyalah kepada orang-orang ibu kota Jawa Barat ini, apa yang membuat (konon) Kota Kembang ini macet di akhir pekan. Pada umumnya akan menjawab, B! Ada benarnya, silahkan tanyak bapak Polantas tentang data validnya. Atau sudahlah, kayaknya pak Polantas gak punya datanya. Kalau ditanya berapa harga bikin SIM, baru pak Polantas hapal luar kepala!
Lalu, ada pula sebuah mitos yang mengatakan bahwa pengendara B harus berhati-hati ketika klub sepak bola kesayangan warga yang dipimpin walikota yang fotonya tersebar di mana-mana ini tengah bertanding di Siliwangi atau Si Jalak Harupat. Awalnya gw gak percaya hingga gw mengalaminya sendiri tadi malam. Tadi malam usai bermain imbang melawan klub dari kota Malang, para penggemar tim sepak bola kesayangan kota ini kembali beraksi ugal-ugalan!
Malam tadi gw berada pada tempat yang keliru di waktu yang tidak tepat! Gw tengah berkendara dari Ujung Berung mengarah ke Cicaheum. Di tengah jalan gw berpapasan dengan ratusan penggemar fanatik tim sepak bola lokal. Gw tahu, mungkin akan ada sebuah masalah, jika mitos itu memang benar, gw tengah nyetir sebuah B!
Gw dipaksa menepi. Tapi gw tetap jalan. Lalu sebuah sepeda motor yang ditumpangi dua orang datang dari arah depan dan dengan sangat keras menghajar spion kanan B yang tengah gw supiri. Braakkk! Hanya satu detik kurang, kaca spion itu langsung hilang hancur lebur ke aspal. Gw gak bisa berbuat apa-apa :P
Ada polisi saat itu. Gw berpikir, aneh, biasanya polisi gemar sekali sembunyi lalu menjebak pengendara sepeda motor diperempatan jalan karena tidak mengenakan helm dengan tujuan mendapatkan “perdamaian”. Kali ini, ratusan pengendara sepeda motor tak mengenakan helm menari-nari di hadapan polisi yang tak punya harga diri. Dalam benak gw berujar “ini seharusnya menjadi ladang “perdamaian” bapak-bapak polisi!” Sayang, polisinya gak bernyali. T*t*t ayam :P
Perjalanan pulang gw lanjutkan. Pendukung sepak bola fanatik sudah tak lagi terlihat. Hanya satu dua yang motornya mogok. Ingin sekali rasanya menabrak mereka hingga mampus! Tapi logika pasar gw bicara “nyawa manusia tak sebanding dengan kaca spion.” :D
Huruf B tampaknya akan selalu dibenci oleh kota yang dipimpin oleh walikota yang pernah melarang adanya pom bensin di Jalan Dago, tapi tiba-tiba mengizinkan Petronas untuk buka pom bensin di sana. Padahal, jika mau mikir sedikit, B justru memberikan manfaat ekonomi yang sangat besar bagi kota yang berjarak sekitar dua jam dari kotanya B ini. Sayang, semuanya lebih senang mengumbar kepicikan dan lebih suka membenci B daripada mengambil manfaat dari kehadirannya.
Jika kota ini dan masyarakatnya benar-benar benci pada B, sekalian saja cabut huruf B dari segala embel-embel yang berbau kota ini:
Andung.
Persi Andung, atau..
O-otoh Persi.
Walikotanya sih cerdas, dia dari kecil gak butuh huruf B. Dia tahu, ini adalah kota D. Kalau tidak, namanya pasti Baba Rosaba! :D
ertanyalah kepada orang-orang ibu kota Jawa Barat ini, apa yang membuat (konon) Kota Kembang ini macet di akhir pekan. Pada umumnya akan menjawab, B! Ada benarnya, silahkan tanyak bapak Polantas tentang data validnya. Atau sudahlah, kayaknya pak Polantas gak punya datanya. Kalau ditanya berapa harga bikin SIM, baru pak Polantas hapal luar kepala!
Lalu, ada pula sebuah mitos yang mengatakan bahwa pengendara B harus berhati-hati ketika klub sepak bola kesayangan warga yang dipimpin walikota yang fotonya tersebar di mana-mana ini tengah bertanding di Siliwangi atau Si Jalak Harupat. Awalnya gw gak percaya hingga gw mengalaminya sendiri tadi malam. Tadi malam usai bermain imbang melawan klub dari kota Malang, para penggemar tim sepak bola kesayangan kota ini kembali beraksi ugal-ugalan!
Malam tadi gw berada pada tempat yang keliru di waktu yang tidak tepat! Gw tengah berkendara dari Ujung Berung mengarah ke Cicaheum. Di tengah jalan gw berpapasan dengan ratusan penggemar fanatik tim sepak bola lokal. Gw tahu, mungkin akan ada sebuah masalah, jika mitos itu memang benar, gw tengah nyetir sebuah B!
Gw dipaksa menepi. Tapi gw tetap jalan. Lalu sebuah sepeda motor yang ditumpangi dua orang datang dari arah depan dan dengan sangat keras menghajar spion kanan B yang tengah gw supiri. Braakkk! Hanya satu detik kurang, kaca spion itu langsung hilang hancur lebur ke aspal. Gw gak bisa berbuat apa-apa :P
Ada polisi saat itu. Gw berpikir, aneh, biasanya polisi gemar sekali sembunyi lalu menjebak pengendara sepeda motor diperempatan jalan karena tidak mengenakan helm dengan tujuan mendapatkan “perdamaian”. Kali ini, ratusan pengendara sepeda motor tak mengenakan helm menari-nari di hadapan polisi yang tak punya harga diri. Dalam benak gw berujar “ini seharusnya menjadi ladang “perdamaian” bapak-bapak polisi!” Sayang, polisinya gak bernyali. T*t*t ayam :P
Perjalanan pulang gw lanjutkan. Pendukung sepak bola fanatik sudah tak lagi terlihat. Hanya satu dua yang motornya mogok. Ingin sekali rasanya menabrak mereka hingga mampus! Tapi logika pasar gw bicara “nyawa manusia tak sebanding dengan kaca spion.” :D
Huruf B tampaknya akan selalu dibenci oleh kota yang dipimpin oleh walikota yang pernah melarang adanya pom bensin di Jalan Dago, tapi tiba-tiba mengizinkan Petronas untuk buka pom bensin di sana. Padahal, jika mau mikir sedikit, B justru memberikan manfaat ekonomi yang sangat besar bagi kota yang berjarak sekitar dua jam dari kotanya B ini. Sayang, semuanya lebih senang mengumbar kepicikan dan lebih suka membenci B daripada mengambil manfaat dari kehadirannya.
Jika kota ini dan masyarakatnya benar-benar benci pada B, sekalian saja cabut huruf B dari segala embel-embel yang berbau kota ini:
Andung.
Persi Andung, atau..
O-otoh Persi.
Walikotanya sih cerdas, dia dari kecil gak butuh huruf B. Dia tahu, ini adalah kota D. Kalau tidak, namanya pasti Baba Rosaba! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar